Reza Saifullah & Rizka Munawarah, “Connected from Exile”

Tim kuratorial Jakarta International Photo Festival (JIPFest) 2025, yang terdiri dari Chelsea Chua (Singapura), Yoppy Pieter (Indonesia), dan Direktur Program Irene Barlian (Indonesia), telah memilih 21 proyek fotografi dan multimedia untuk dipamerkan dalam Pameran Foto festival, yang akan berlangsung dari 12 hingga 21 September 2025.

Proyek terpilih berasal dari panggilan terbuka yang berlangsung dari 21 Mei hingga 21 Juni 2025, serta undangan dari kurator. Pemilihan akhir dilakukan dari lebih dari 100 karya yang mewakili seniman dari 22 negara.

Tema tahun ini, “COEXISTENCE,” menawarkan kesempatan yang tepat dan penting untuk merefleksikan seberapa dalam teknologi telah tertanam dalam kehidupan kita. Lebih dari sekadar alat, teknologi kini membentuk persepsi, hubungan, dan bahkan identitas kita. Ia mempengaruhi cara komunitas terbentuk, cara kekuasaan didistribusikan, serta cara memori dan makna dibangun di ranah digital dan fisik.

Tema ini mendorong keterlibatan kritis, tidak hanya untuk mengamati bagaimana teknologi digunakan, tetapi juga untuk mempertanyakan siapa yang mengendalikannya, siapa yang termasuk atau dikecualikan, dan bagaimana kita dapat menentang potensi dehumanisasinya. Pada saat yang sama, tema ini membuka pintu untuk membayangkan masa depan yang lebih adil dan empati, di mana manusia dan teknologi dapat berkembang bersama tanpa mengorbankan esensi yang membuat kita manusia.

Chelsea Chua, kurator, mengatakan: “Proyek-proyek yang kami pilih menampilkan interpretasi beragam tentang teknologi dalam narasi dan bentuknya. Kami memandang teknologi sebagai hal yang baru, mutakhir, dan modern; sementara saya terkesan dengan futurisme yang ditampilkan oleh beberapa proyek, saya juga terpesona oleh cara beberapa proyek menunjukkan bagaimana teknologi telah memfasilitasi ekspresi lanskap emosional dan sejarah kita, menjadikan yang tak terlihat menjadi dapat dipahami. Festival ini merupakan kesempatan untuk menggabungkan berbagai perspektif ini dalam percakapan penting tentang teknologi sebagai cerita tentang sains, serta sebagai pembahasan yang lebih luas tentang bagaimana teknologi menjadi bagian integral dari seni kita, keberadaan kita, dan kemanusiaan kita yang bersama.” 

Marco Garro Pardo, Peru, “Quiulacocha”

“Menurut saya, esensi teknologi tidak terbatas pada era digital yang kini mendominasi begitu banyak aspek kehidupan kita. Teknologi bukan sekadar alat yang mempermudah rutinitas sehari-hari; ia memainkan peran penting dalam membentuk identitas kita sebagai manusia. Teknologi memengaruhi cara kita berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain. Ia dapat sangat merusak, dan bahkan dapat menantang atau melampaui nilai-nilai yang selama ini dianggap tabu,” Yoppy Pieter, kurator, berkata. “Yang paling penting, teknologi tidak terbatas pada masa kini yang terobsesi dengan digital. Teknologi juga ada dalam bentuk tradisional yang sering diabaikan dalam definisi teknologi saat ini.” 

Lê Nguyên Phương, Vietnam, “Vở ô ly”

“Hubungan antara manusia dan teknologi belum pernah seintim—atau sekompleks—seperti sekarang. Tema tahun ini, “COEXISTENCE,” terasa sangat relevan dan personal, karena teknologi semakin membentuk cara kita hidup, berinteraksi, dan memahami dunia. Setelah diskusi kuratorial yang menantang dan mendalam, kami dengan antusias mempersembahkan pilihan karya yang mengeksplorasi tema ini dengan cara yang mengejutkan dan bermakna. Proyek-proyek ini menyinggung cara-cara tenang namun kuat di mana teknologi sedang mengubah hidup kita—melalui momen-momen yang terlihat dan tersembunyi, familiar dan tak terduga.” Irene Barlian, Direktur Program.

Nikita Teryoshin, Jerman, “Nothing Personal — the back office of war””

Proyek terpilih akan dipamerkan di Emiria Soenassa Gallery, Taman Ismail Marzuki, dari tanggal 12 hingga 21 September 2025, di Cikini, Jakarta Pusat. Rincian lengkap mengenai jadwal dan lokasi pameran akan diumumkan lebih dekat dengan tanggal festival. Silakan lihat daftar fotografer dan seniman yang akan memamerkan karya mereka di bawah ini:

Adlun Fiqri, Indonesia

Amina Kadous, Mesir

Angela Rincon, Kolombia

Daisy Yang, Kanada/Taiwan 

Danielle Ezzo, Amerika Serikat

Ian Teh, Malaysia

Joanne Pang, Singapura

Kadir van Lohuizen, Belanda

Kenji Chiga, Jepang

Lê Nguyên Phương, Vietnam

Mackenzie Calle, Amerika Serikat

Mai Nguyên Anh, Vietnam

Marco Garro Pardo, Peru

Marvin Tang, Singapura

Muhammad Fadli, Indonesia

Nikita Teryoshin, Jerman

Reza Saifullah and Riska Munawarah, Indonesia

Rio Surya Prasetia, Indonesia

Sheung Yiu, Hong Kong

Woong Soak Teng, Singapura

Yoese Mariam, Indonesia