Dalam edisi keduanya, JIPFest menghadirkan enam sesi diskusi di MULA Kotatua. Semua sesi terbuka gratis bagi pengunjung yang telah menerima minimum satu dosis vaksin Covid. Kapasitas pengunjung dibatasi 75 orang atau 50% dari kapasitas ruangan. Tiket wajib dipesan secara daring melalui ticket.jipfest.com.

SPACE EXPLORATION
Kuratorial JIPFest 2021
Sabtu, 13 November, 10:30-12:00

SPACE, tema jilid kedua JIPFest, memiliki beragam asosiasi dan penafsiran: ruang fisik dan ruang maya; wilayah publik dan wilayah privat; alam raya, alam spiritual, hingga alam batin. Diskusi Space Exploration akan mengulas kuratorial JIPFest, termasuk konsep pameran dan karya-karya yang terpilih untuk dipamerkan.

Panelis:
Kurniadi Widodo

Wid, fotografer asal Yogyakarta, terlibat dalam berbagai komunitas dan inisiatif di bidang pendidikan fotografi, termasuk Kelas Pagi Yogyakarta, Arkademy, serta Flock Project. Dia pernah terlibat sebagai kurator Pameran Buku Foto Jerman-Indonesia-Jepang dan Insumatra Photo Festival.

Ng Swan Ti
Karya-karya fotonya pernah ditampilkan dalam ajang Noorderlicht Festival 20006, Jakarta Biennale 2015, serta DongGang Photo Festival 2016. Pada 2016, Swan Ti, Managing Director PannaFoto Institute, terpilih sebagai anggota dewan komite seleksi Joop Swart Masterclass.

Moderator: Asep Topan
Asep adalah seorang kurator independen dan pengajar seni rupa di Institut Kesenian Jakarta. Dia pernah menjabat kurator Museum MACAN (2018-21) dan Wakil Direktur Jakarta Biennale 2017. Dari 2013-2021, Asep sudah terlibat sebagai kurator dalam 19 pameran dan proyek seni di dalam dan luar negeri.

PANDEMIC IN PICTURES
Narasi Visual Covid di Indonesia
Minggu, 14 November, 10:30-12:00

Layaknya bencana kolosal, pandemi Covid penting didokumentasikan, termasuk oleh fotografer. Namun, berbeda dari bencana-bencana sebelumnya, Covid memengaruhi semua orang di masa ketika “semua orang” adalah fotografer. Tak heran, beragam narasi visual pun bermunculan. Apa yang bisa kita pelajari dari fenomena ini?

Panelis:
Joshua Irwandi

Joshua, seorang fotografer dokumenter, memegang gelar MA di bidang Photojournalism and Documentary Photography dari London College of Communication. Salah satu karyanya yang mendokumentasikan Covid meraih peringkat kedua kategori General News dalam World Press Photo Contest 2021.

Dr. J. Teguh Widjaja
Teguh bekerja sebagai dokter spesialis paru di RS Immanuel Bandung, serta dosen di Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Dia juga menggemari fotografi dan aktif terlibat dalam klub foto. Dari kombinasi profesi dan hobi itulah, sang dokter melahirkan buku foto Pandemi yang merekam perjuangan para tenaga medis selama pandemi Covid.

Moderator: Agoes Rudianto
Agoes, seorang fotografer independen, pernah mendapatkan Erasmus Huis Fellowship untuk menggarap proyek foto di Belanda. Karya-karyanya pernah dimuat di beragam media nasional dan internasional. Tahun ini, dia terlibat sebagai salah satu fotografer dalam buku Pagebluk di Akar Rumput.

PHOTO FOR ADVOCACY
Fotografi untuk Mendorong Perubahan
Minggu, 14 November, 14.30-16.00

Penggunaan fotografi sebagai sarana mengekspresikan kebebasan berpendapat kian berkembang di Indonesia. Diskusi ini akan membahasnya, sekaligus mengulas proyek foto dalam pameran Kisah Senyap—bagian dari program Photo-Demos yang diprakarsai PannaFoto Institute dan Kurawal Foundation, serta didukung Open Society Foundations.

Panelis:
Albertus Vembrianto

Vembri, pewarta foto kelahiran Sumatera Selatan, aktif menggarap cerita bertema sosial dan lingkungan. Karya-karyanya pernah ditampilkan di beragam media dan pergelaran, termasuk Asia-Pacific Rainforest Photo Summit 2016, Reclaim Photography Festival 2017, serta Humanity Photo Awards 2018.

Arif Hidayah
Arif Hidayah, yang lazim disapa Danun, bekerja sebagai pewarta foto sejak 2014. Pada 2017, dia menyabet penghargaan terbaik di Kategori Foto Cerita dalam Anugerah Jurnalis Foto Jawa Barat dan BNP Award. Di tahun yang sama, dia menerima Permata Photojournalist Grant.

Malahayati
Malahayati, Chapter Leader Women Photograph Indonesia, mempelajari fotografi di GFJA dan pernah mengikuti lokakarya foto jurnalistik oleh World Press Photo Foundation dan “i see” (Imaging Center) di Jakarta. Karyanya pernah dipamerkan di Mata Perempuan 2006, Jakarta Biennale 2009, serta Vision 2020 di Slovenia.

Yoppy Pieter
Yoppy, seorang fotografer independen, adalah orang Indonesia pertama yang terpilih mengikuti Joop Swart Masterclass oleh World Press Photo Foundation. Buku foto pertamanya, Saujana Sumpu, memperlihatkan dampak urbanisasi di Sumatera Barat. Tahun ini, Yoppy terlibat sebagai mentor dan kurator pameran Photo-Demos.

Moderator: Evi Mariani
Evi adalah pendiri dan Direktur Eksekutif Project Multatuli, inisiatif jurnalisme publik yang bertujuan melayani kaum terpinggirkan sekaligus mengawasi kekuasaan. Sebelum mendirikan Project Multatuli, dia bekerja untuk The Jakarta Post selama kurang lebih 18 tahun dengan jabatan terakhir redaktur pelaksana.

STILL & SILVER SCREEN
Serba-Serbi Sinematografi
Sabtu, 27 November, 10:30-12:00

Di antara sutradara dan aktor, ada sinematografer. Tugasnya rumit: menerjemahkan secara visual skenario dan visi sang sutradara—dari mengatur komposisi warna, pencahayaan, hingga jenis kamera dan lensa. Seperti apa proses kerjanya? Apa syarat menjadi seorang sinematografer? Dan sejauh mana disiplin fotografi dan sinematografi bersinggungan?

In-Conversation:
Amalia Trisna Sari

Amalia, alumni Institut Kesenian Jakarta, adalah seorang sinematografer yang pernah terlibat di beragam film, termasuk Anak Garuda (2020), Aruna dan Lidahnya (2018), Galih dan Ratna (2017), serta Tabula Rasa (2014). Dia mendapatkan penghargaan Best Cinematography di Jogja-Netpac Asian Film Festival untuk film Aruna dan Lidahnya.

Anton Ismael
Anton, seorang fotografer dan art director, mendapatkan gelar Bachelor of Arts dari Royal Melbourne Institute of Technology. Pada 2005, dia mendirikan studio Third Eye Space. Setahun berselang, dia mendirikan Kelas Pagi, yang merekah jadi salah satu “sekolah foto” berbasis komunitas paling berpengaruh di Indonesia.

PHOTO IN A THOUSAND WORDS
Menulis, Mengulas, Mengkritisi Foto
Sabtu, 27 November, 14:30-16:00

Selembar foto mewakili seribu kata. Namun, untuk mencerna selembar foto, kita mungkin juga perlu seribu kata, dalam bentuk ulasan dan kritik. Dari sinilah akan muncul diskusi, pemaknaan, juga perdebatan—sebuah proses demokratis yang konstruktif bagi pelaku fotografi dan kondusif bagi perkembangan ekosistem foto. Siapa yang akan melakukan tugas ini?

Panelis:
Budi N.D. Dharmawan

Budi adalah seorang fotografer dan penulis. Dia pernah terlibat dalam proyek enam buku, baik sebagai fotografer, penulis, penerjemah, ataupun editor foto. Karya-karya fotonya pernah diterbitkan di beragam media, juga dipamerkan, termasuk di Yogyakarta, Bangkok, Beppu, serta Ho Chi Minh City.

Yogi Ardhi
Pernah bekerja sebagai pewarta foto independen sejak 2000, Yogi kini bekerja sebagai editor di Republika. Selain itu, dia mengajar mata kuliah dasar fotografi di Universitas Paramadina, serta rutin terlibat sebagai juri atau pembicara di berbagai ajang fotografi. Tahun ini, Yogi berpartisipasi dalam JIPFest Photo Critique Workshop yang didukung Erasmus Huis.

Dea Ratna
Dea mempelajari fotografi di Nanyang Academy of Fine Arts, Singapura, dan pernah berpartisipasi dalam beberapa pameran di Singapura. Dia kini bekerja sebagai penulis independen. Dalam setahun terakhir, dia rutin berkontribusi untuk Artgence, Paris. Tahun ini, dia berpartisipasi dalam JIPFest Photo Critique Workshop yang didukung Erasmus Huis.

Moderator: Ahmad ‘Deny’ Salman
Deny, seorang edukator, editor, serta kurator independen, aktif terlibat di beragam ajang fotografi, termasuk sebagai anggota tim kurator JIPFest 2019, mentor Kinabalu Photo Festival 2020, serta kurator pameran solo Mamuk Ismuntoro pada 2008. Bersama Evans Winanda, dia kini mengasuh platform diskusi Ruang Baca Foto.

DOCUMENTING CLIMATE CRISIS
Bagaimana Supaya Berdampak?
Minggu, 28 November, 10:30-12:00

Upaya mengatasi krisis lingkungan seolah berjalan lambat, jika bukan berjalan di tempat. Padahal, bukti-bukti kerusakan bumi sudah tersaji gamblang. Dari Project Pressure, Everyday Climate Change, hingga Climate Visuals, beragam inisiatif fotografi gencar merekam perubahan iklim. Di sisi lain, media lingkungan bermunculan. Apa lagi yang bisa dilakukan?

In-Conversation:
Ulet Ifansasti

Ulet, yang lahir di Papua dan menetap di Yogyakarta, adalah seorang pewarta foto yang rutin mendokumentasikan isu-isu lingkungan di Indonesia. Sejak 2008, dia menjadi kontributor reguler Getty Images. Pada 2014 dan 2015, namanya masuk daftar kandidat Photographer of the Year versi The Guardian.

Sapariah Saturi
Sapariah bekerja sebagai Senior Editor Mongabay.co.id, situs web khusus berita dan kajian lingkungan. Tugasnya ialah menangani desk liputan ekonomi politik. Sapariah pernah bekerja meliput beragam isu, termasuk di harian Jurnal Nasional, juga memiliki jaringan luas di kalangan LSM dan pemerintahan.